Tersebutlah seorang ulama besar sekaligus penyebar agama islam bernama Sayyid Abdullah bin Abdul Aziz.beliau berasal dari negeri Gujarat.sesuai dengan tugas yang diembannya sesuai dengan pandangan hidupnya, yaitu hidup yang semata-mata hanya digunakan untuk menyebarkan agama islam di seluruh dunia ,maka pada sekitar abad ke 15 beliau berangkat berlayar menuju ke kepulauan nusantara.yang pertama di kunjunginya adalah pulau Madura.beliau berangkat dari daerah asalnyatidak seorang diri,melainkan dengan di damping oleh murid-muridnya.adapun yang mendanpinginya sejumlah 15 orang. 


Setibanya di tempat tujuan,yaitu pulau Madura,sesuai dengan tujuan awalnya,yaitu kepergiannya hanya untuk menyebarkan agama islam,maka setelah tiba di pulau Madura beliau segera melasanakan tugas yang diembannya.semua orang yang dijumpai di pulau Madura itu segera diajaknya untuk memeluk agama islam.


Rupanya orang-orang yang berhasil dijumpai dan diajaknya memeluk agama islam itu menyambutnya dengan baik.karena itu sayyid abdullah bin abdul aziz segera bertindak. Orang-orang  Madura yang telah berhasil dikenalnya itu segera diajarinya bagaimana caranya berbakti dan menyembah kepada Allah Yang Maha Kuasa. 


Bagaimana caranya menghargai dan menghormati orang tua menurut ajaran  agama islam yang diajarkannya. Dan hasilnya,dalam waktu tidak terlalu lama hamper seluruh warga yang di jumpainya telah memeluk agama islam secara taat. Hal ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Sayyid Abdullah bin Abdul Aziz. Berarti apa yang diharapkan telah menjadi sebuah kenyataan.
        
      Setelah sayyid Abdullah bin abdul aziz berhasil menyebarkan agama islam di pulau Madura , beliau ingin berpindah untuk meninggalkan tempat, dari pulau Madura ke pulau jawa. Tujuannya untuk menyusul Maulama makdum asmoroqondi yang telah lebih dulu berada ke pulau jawa. Dan menurut berita yang telah  beliau terima, maulana makdum asmoroqondi bermukim di wilayah tuban. Karena itulah sayyid Abdullah bin abdul aziz segera bersiap-siap untuk berangkat ke kota tuban di mana maulana makdum asmoroqondi beka berangkatrada.
    
     Setelah bekal dan persiapan yang dibutuhkan dalam perjalanan tersedia,sayyid Abdullah bin abdul aziz pun segera berangkat menuju kekota tuban.karena pada waktu itu satu-satunya kendaraan yang dapat digunakan untuk menyeberang lautan luas hanyalah sebuah perahu,maka Abdullah bin abdul aziz segera nempersiapkan perahunya. Yaitu perahunya. Yaitu perahu yang semula telah di gunakannya berlayar dari daerah asalnya hingga akhirnya berada di pulau Madura. 


          Dalam perjalanannya ke tuban tersebut, selain diikuti oleh beberapa muridnya yang terdahulu,kepergiannya juga diikuti oleh beberapa orang Madura yang telah memeluk agama islam. Jadi, mereka berangkat ke pulau jawa dengan naik perahu jumlah rombongan yang besar.
        
        Akhirnya sayyid Abdullah bin abdul aziz berangkat ke kota tuban dengan cara naik perahu layar. Rencananya setelah tiba di tuban akan bergabung dengan maulana makdum asmoroqondi untuk  mengembangkan penyiaran agama islam di pulau jawa. Tetapi ketika perjalanan sayyid Abdullah bin abdul aziz baru berada di tengah-tengah laut,tiba-tiba angin kencang dating menyerang. Dengan adanya angin kencang ini perahu layar yang mereka naiki terimbang-ambing ombak ditengah laut. Akibatnya, jalannya perahu yang dikemudikan kea rah tuban menjadi tak terkendali. Jalannya perahu yang mereka kendalikan menjadi salah arah.
        
         Celakanya lagi,sebelum perahu yang mereka naiki mampu mendekat di pesisir tuban, perahu tersebut terbalik oleh terpaan angin kencang dan ombak yany besar. Maka seluruh penumpangnya,termasuk sayyid Abdullah,hanya mammpu berusaha menyelamatkan diri dengan cara berenang dan berlindung menggunakan peralatan seadanya. Sepanjang hari, siang dan malam mereka hanya mengapung,menggantungkan nasibnya pada apa saja yang dapat mereka pegang. Akibatnya, setelah sekian waktu tidak ada orang lain yang menolongnya,nasib mereka pun tidak dapat diketahui secara pasti.
        
        Setelah berhari-hari tidak terdengar kabar berita tentang perjalanan sayyid Abdullah bin abdul aziz, pada suatu hari penduduk desa Sarang yang sekarang namanya berubah menjadi desa sendangmulyo kecamatan Sarang kabupaten Rembang, mereka melihat seseorang yany terdampar di tepi laut dalam keadaan sudah menjadi mayat. Dalam waktu yang hamper bersamaan dating pula beberapa orang yang mengaku berasal dari pulau Madura. Kedatangan mereka bermaksud mencari seorang guru mereka yang bernama sayyid Abdullah bin abdul aziz yang mengalami kecelakaan saat melakukan pelayaran dari Madura menuju tuban. 
     
      Setelah orang-oranag dari Madura tersebut melihat mayat yang terdampar di pinggir  laut di desa Sarang itu, mereka meyakini bahwa mayat tersbut adalah  mayatnya seseorang yang dicarinya.yaitu mayat sayyid Abdullah bin abdul aziz sang ulama dan penyebar agama islam dari negeri Gujarat. Mak dengan perasaan sedih bercampur bangga, dengan dibant oleh penduduk setempat mereka segera mengubur mayat tersebut sesuai dengan ajaran islam yang telah mereka anut. 


         Selanjutnya oleh mereka kubur tersebut  dinamakan kubur MBAH SARAH. Yang artinya salah arah. Dikatakan salah arah karena sayyid Abdullah bin abdul aziz yang rencananya akan pergi ke tuban, namun kenyataannya salah arah. Hal ini terjadi karena prjalanan mereka mengalami kecelakaan laut kemudian terbawa ombak, akhirnya tujuanya mengalami salah arah hingga terakhir mayatnya  diketemukan di desa Sarang. Itulah sekedar cerita yang sebenarnya tentang asal-usul “mbah sarah” yang terdapat di pesisir desa Sarang. Sekarang Sarang meduro kecamatan Sarang kabupaten Rembang.
        
       Tentang perubahan nama desa Sarang menjadi Sarang meduro itu ada ceritanya tersendiri. Yaitu setelah kabar penemuan mayat sayyid Abdullah yang diketemukan dan di makamkandi desa Sarang,berikutnya banyak orang-orang Madura yang dating dan menetap di desa Sarang. Maksud mereka ingin hidup berdampingan dengan ulama sekaligus guru mereka,walaupun sang guru tersebutbsudah wafata.
        
        Pada perkembangan berikutnya,setelah kelompok pendatang dari pulau Madura tersebut berkembang dan menetap di desa Sarang, mereka mempertahankan kehidupannya dengan cara mencari ikan di laut. Orang-orang menyebutnya sebagai pekerja nelayan. Dalam bahasa jawa disebut “belah” sedangkan kata belah itu sendiri ada beberapa versi dari arti yang dimaksudkan. Satu sumber mengatakan, belah berasal dari kata billahyang artinya “dengan nama allah”. 


          Berkekal kata billah disertai harapan agar Allah akan selalu member rezeki melalui laut dengan cara memperoleh tangkapan ikan sebanyak-banyaknya. Tetapi sumber lain juga berdalih,dulu orang Madura pindah ke Sarang hanya terdorong oleh rasa cintanya kepada sayyid Abdullah. Kata belah merupakan kependekan dari kata “membela Abdullah” tetapi semua sumber cerita ini masing-masing tidak didukung oleh fakta dan bukti yang kuat, mana yang benar dan mana yang salah, tentu tidak akan ada orang yang berani menghakiminya. Boleh jadi semua dapat dianggap benar dan semua juga dapat dianggap salah. Itulah tentang arti atau maksu kata belah yang memang terkenal di wilayah kecamatan Sarang dan sekitarnya.
        
       Adapun hal yang menyangkut tentang perubahan nama desa,dari Sarang menjadi Sarang meduro,atau Sarang jawa menjadi sendangmulyo, kisahnya sebagai berikut. Setelah para pendatang dari pulau Madura tinggal di desa Sarang, lama-kelamaan mereka berkembang menjadi jumlah yang sangat besar. Mereka tetap menekuni kehidupannya sebagai pekerja nelayan atau belah. Karena itu, dalam perkembangannya kenyataannya mereka tetap ingin tinggal di pinggir laut. 
         
          Hal ini ada kaitannya dengan yang harus mereka lakukan sehari-hari. Dan mereka itu tetap mengelompok dalam kehidupannya sebagai orang-orang nelayan. Oleh karena itu melihat kenyataan tersebut pemerintah setempat pada waktu itu segera tau diri untuk mengambil kebijakan. Untuk memudahkan pengaturan jalannya penerintahan, pemerintah setempat segera mengambil kebijakan tersendiri. Tempat yang di huni oleh sekelompok nelayan dan Madura ini kemudian tempatnya di beri nama desa Sarang meduro. 


         Sedangkan penduduk asli dikelompokkan dibagian selatan yang diberi nama desa Sarang jawa yang kemudian di ubah lagi menjadi desa sendangmulyo. Jadi semula dua desa, yaitu Sarang jawa dan Sarang meduro yang terletak bersebelahan itu dulunya hanya terdiri dari satu desa, yaitu desa Sarang. Maka bagi generasi yang hidup dimasa kini, kita tidak perlu heran jika kemudian muncul nama desa Sarang meduro,bajing meduro,bulu meduro dan lain sebagainya. Asal muasalnya hanyalah seperti yang telah terceritakan diatas.


HAL YANG MENARIK:


  •  Dalam waktu tidak terlalu lama hamper seluruh warga yang dijumpainya telah memeluk agama islam secara taat.
  •  Satu-satunya kendaraan yang dapat digunakan untuk menyeberang lautan luas hanyalah sebuah perahu.
  •  Dengan adanya angin kencang ini perahu layar yang mereka naiki terombang-ambing ombak di tengah laut.
  •  Perahu tersebut terbalik oleh terpaan angin dan ombak yang besar.
  •  Sepanjang hari,siang dan malam mereka hanya terapuna-apung,menggantungkan nasibnya pada apa saja yang dapat mereka pegang.
  •  Mereka melihat seseorang yang terdampar di tepi laut dalam keadaan sudah menjadi mayat.
  •  Selanjutnya kubur tersebut dinamakan kubur mbah sarah
  •  Mereka mempertahankan kehidupannya dengan cara mencari ikan di laut .
  •  Pekerjaan nelayan dalam bahasa jawa disebut “belah”
  •  Kata “belah” yang memang terkenal di wilayah kecamatan Sarang dan sekitarnya.
  •  Tempat yang dihuni oleh sekelompok nelayan diberi nama desa Sarang meduro.
  •  Sedangkan penduduk asli dikelompokkan di bagian selatan yang diberi nama desa Sarang Jawa yang kemudian diubah lagi menjadi desa Sendangmulyo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERTANYAAN PERTAMA PADA SUAMI DAN ISTRI (lanjutan kitab uqudulujain)