Sejak awal, kami telah menekankan pentingnya berpikir, manfaat-manfaatnya
bagi manusia dan sarana yang membedakan manusia dari makhluk lain. Kami telah
menyebutkan pula sebab-sebab yang menghalangi manusia dari berpikir. Semua ini
mempunyai tujuan utama mendorong manusia untuk berpikir dan membantu mereka
mengetahui tujuan penciptaan dirinya; serta agar manusia mengagungkan ilmu dan
kekuasaan Allah yang tak terbatas.
Di halaman-halaman berikutnya, kami akan mencoba menjelaskan bagaimana
orang yang beriman kepada Allah berpikir tentang segala sesuatu yang dijumpainya
sepanjang hari dan mendapatkan pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang ia
saksikan; bagaimana ia seharusnya bersyukur dan menjadi semakin dekat kepada
Allah setelah menyaksikan keindahan dan ilmu Allah di segala sesuatu.
Sudah pasti apa yang disebutkan di sini hanya mencakup sebagian kecil dari
kapasitas berpikir seorang manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk setiap
saat (dan bukan setiap jam, menit atau detik, tapi satuan waktu yang lebih
kecil dari itu, yakni setiap saat) dalam hidupnya. Ruang lingkup berpikir
manusia sedemikian luasnya sehingga tidak mungkin untuk dibatasi. Oleh karena
itu, uraian di bawah ini bertujuan untuk sekedar membukakan pintu bagi mereka
yang belum menggunakan sarana berpikir mereka sebagaimana mestinya.
Perlu diingat bahwa hanya mereka yang berpikir secara mendalam lah yang
mampu memahami dan berada pada posisi lebih baik dibandingkan makhluk lain.
Mereka yang tidak dapat melihat keajaiban dari peristiwa-peristiwa di
sekitarnya dan tidak dapat memanfaatkan akal mereka untuk bepikir adalah
sebagaimana diceritakan dalam firman Allah berikut:
"Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru)
orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak
mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka
(oleh sebab itu) mereka tidak mengerti." (QS. Al-Baqarah,
2: ١٧١)
"… Mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS.
Al-A’raaf, 7: 179)
"Atau apakah
kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu
tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqaan, 25: 44)
Hanya mereka
yang mau berpikir yang mampu melihat dan kemudian memahami tanda-tanda
kebesaran Allah, serta keajaiban dari obyek dan peristiwa-peristiwa yang Allah
ciptakan. Mereka mampu mengambil sebuah kesimpulan berharga dari setiap hal,
besar ataupun kecil, yang mereka saksikan di sekeliling mereka.
Komentar