Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif
Triangulasi pada hakikatnya
merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat
mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena
yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat
tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal
dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat
kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek
kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut
pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias
yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
Sebagaimana diketahui dalam
penelitian kualitatif peneliti itu sendiri merupakan instrumen utamanya.
Karena itu, kualitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada kualitas diri
penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan penelitian merupakan sesuatu yang
sangat berharga. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian,
semakin peka memahami gejala atau fenomena yang diteliti. Namun demikian,
sebagai manusia, seorang peneliti sulit terhindar dari bias atau subjektivitas.
Karena itu, tugas peneliti mengurangi semaksimal mungkin bias yang terjadi agar
diperoleh kebenaran utuh. Pada titik ini para penganut kaum positivis meragukan
tingkat ke’ilmiah’an penelitan kualitatif. Malah ada yang secara
ekstrim menganggap penelitian kualitatif tidak ilmiah.
Sejarahnya, triangulasi
merupakan teknik yang dipakai untuk melakukan survei dari tanah daratan dan
laut untuk menentukan satu titik tertentu dengan menggunakan
beberapa cara yang berbeda. Ternyata teknik semacam ini terbukti mampu
mengurangi bias dan kekurangan yang diakibatkan oleh pengukuran dengan satu
metode atau cara saja. Pada masa 1950’an hingga 1960’an, metode tringulasi
tersebut mulai dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk
meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas temuan penelitian
dengan cara membandingkannya dengan berbagai pendekatan yang berbeda.
Karena menggunakan terminologi
dan cara yang mirip dengan model paradigma positivistik (kuantitatif), seperti
pengukuran dan validitas, triangulasi mengundang perdebatan cukup panjang di
antara para ahli penelitian kualitatif sendiri. Alasannya, selain mirip dengan
cara dan metode penelitian kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang dapat
dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang berbeda, tetapi toh juga akan
menghasilkan data yang berbeda-beda pula. Kendati terjadi perdebatan sengit,
tetapi seiring dengan perjalanan waktu, metode triangulasi semakin lazim
dipakai dalam penelitian kualitatif karena terbukti mampu mengurangi bias dan
meningkatkan kredibilitas penelitian.
Dalam berbagai karyanya,
Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau
kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling
terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep
Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang.
Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1) triangulasi
metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan
kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori. Berikut
penjelasannya.
- Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.
- Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
- Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
- Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.
Mengakhiri tulisan ini, saya
ingin menyatakan bahwa triangulasi menjadi sangat penting dalam penelitian
kualitatif, kendati pasti menambah waktu dan biaya serta tenaga. Tetapi harus
diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik
mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul.
Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding) atas fenomena
yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh setiap
peneliti kualitatif. Sebab, penelitian kualitatif lahir untuk menangkap arti (meaning)
atau memahami gejala, peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau masalah
tertentu mengenai peristiwa sosial dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya
secara mendalam, dan bukan untuk menjelaskan (to explain)
hubungan antar-variabel atau membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi
dari suatu masalah tertentu. Kedalaman pemahaman akan diperoleh hanya jika data
cukup kaya, dan berbagai perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus
masalah secara komprehensif. Karena itu, memahami dan menjelaskan jelas
merupakan dua wilayah yang jauh berbeda.
Selamat mencoba!
saya mengkopi ini..., karena saya suka dengan penelitian kualitatif
Sumber Referensi
http://www.uin-malang.ac.id/images/uin/files/PR1/2010/triangulasi%20dalam%20penelitian%20kualitatif.doc
Komentar