Cerita Pengemis “Ala Dinas”
Pagi itu di awal minggu kedua bulan Februari saya punya pengalaman unik. Ya, bagi saya cukup unik lantaran baru kali ini saya menemukan pengemis yang menolak diberi makanan. Ketika itu saya tengah membeli sebungkus nasi kuning di warung pinggir jalan di Sempaja. Saat saya menunggu si “ibu warung” membungkuskan pesanan saya, tiba-tiba datang pengemis menadahkan tangannya. Maksudnya jelas, tentu dia minta uang. Jika saat itu saya beri dia uang Rp. 1000,- (seribu rupiah) saya, saya yakin ia akan segera ngeloyor meninggalkan saya dan beralih kepada orang lain. Bukannya saya tak punya belas kasihan dan tak mau memberi uang kecil, tapi memang saya sudah tak punya uang kecil karena uang receh saya yang Rp. 8.000, – telah saya serahkan kepada si Ibu penjual Nasi Kuning. Ada di kantong tinggal selembar Rp. 50 ribuan. Makanya, kemudian saya berpikir untuk membelikan makanan untuk si pengemis yang tampak loyo ini (Waktu itu saya pikir dia loyo karena belum makan.